Paradoks

Maret 26, 2018



Setiap menit, setiap detik kita lalui begitu saja. Waktu yang mereka gembar-gemborkan berharga, jika diselami nyatanya adalah hal yang biasa. Malah sangat amat biasa.


Hanya saja mungkin di beberapa kesempatan terdapat satu dua hal yang membuatnya terkesan berharga. Kenangan kah? Masa depan kah? Masih rancu. Setiap orang memiliki persepsinya sendiri, mungkin hanya kami berdua yang memiliki pemikiran seperti ini, bahwa waktu terlalu biasa tuk disebut sebagai sesuatu yang berharga.


Diskusi adalah makanan bagi kami. Menyempatkan bertemu seminggu 3 kali adalah hal yang cukup mengenyangkan kepala. Tahun demi tahun pun membuat kami terbiasa. Pertemuan seminggu 3 kali bak ritual yang harus kami penuhi.


Entah hanya sekedar mengenyangkan kepala, atau mungkin memenuhi hasrat yang lain. Sesuatu yang tak bisa kami jelaskan, namun kemungkinan besar ini adalah cara kami membuat waktu menjadi berharga seperti yang kebanyakan orang katakan. Sangat disayangkan, untuk hal sesederhana ini kami pun tak bisa memastikannya.


“Semakin ke sini, semakin aku merasa bukan apa-apa. Lebih pengen banyak belajar aja, tapi gak pengen ngumbar. Karena aku punya pemikiran, kalau aku hebat, orang-orang akan tahu dengan sendirinya nanti”, ungkapnya.


“Caranya???”


“Intinya aku punya cara sendiri untuk itu tanpa perlu gembar-gembor”


"Udahlah, bagiku kamu udah hebat, malah udah jadi yang terhebat", sahutku mencoba membuatnya percaya.


"No, no, no... Akan kubuktikan!"


Kamu memintaku menanti pembuktianmu (lagi)?


Yah, ini bukan kali pertama terjadi. Diskusi kami juga tak melulu seru dan menyenangkan, kadang bisa amat sangat melelahkan. Jika sudah lelah, salah satu dari kami hanya mendengar dan manggut-manggut tanpa memberi balasan kata.


Namun setelah berpisah untuk sementara waktu, akan membuat masing-masing dari kami berpikir tentang korelasi kalimat yang kami lontarkan satu sama lain dari setiap ritual pertemuan yang selalu kami penuhi tersebut.


Menanti bertemu lagi untuk membahasnya sangat menyebalkan. Karena kami harus berkutat dengan pemikiran sendiri-sendiri sampai pertemuan itu terjadi kembali. Namun bagaimana jika pertemuan selanjutkan tak akan terjadi?


Benar saja, tak ada pertemuan selanjutnya, tak ada ritual diskusi seminggu 3 kali, tak ada rasa lelah dan manggut-manggut akibat terlalu banyak topik yang dibahas. Usaha membuat waktu menjadi berharga seketika terhenti.


Apakah kamu sedang dalam perjalanan pembuktian itu? Kenapa tak kamu tunjukkan pada semua orang? Minimal padaku! Ah, aku lupa kamu punya cara sendiri tanpa harus gembar-gembor. Tapi bagaimana caranya? Apakah dengan menghentikan rutinitas kita?


Dalam rentang perkenalan selama ini kami berusaha memahami banyak hal, salah satunya dalam menemukan satu jawaban untuk sekian banyak pertanyaan. Sederhananya kami hanya perlu menggabungkan premis demi premis hingga menemukan konklusi bahkan bisa saja berbentuk korelasi dari sekian banyak hal yang kami pertanyakan tersebut.


Hanya saja untuk kali ini sepertinya salah satu dari kami malah menambah tanya baru sebagai jawaban yang sesungguhnya. Tanya yang tanpa ada kelanjutannya. Tanya yang membuat persepsi kami menjadi timpang.


Dengan ini, pembuktian bukan lagi pembuktian. Aku tak memahami caranya, ia tak kunjung menunjukkannya dan sekarang entah berada dimana, sedangkan waktu tetap memperlihatkan kuasanya yang tak berubah, membuat kita menjadi manusia mengalir yang merasa melakukan sesuatu untuk hidup.


Kita manusia yang berpatokan pada waktu, namun waktu tak pernah memberi apapun pada kita selain kenangan masa lalu dan rahasia masa depan.


- - - - -


Di sudut kota lain, dalam genggaman jemari wanita lain, pria dengan tulang pipi yang indah mencoba menerawang jauh, menyecap masa yang berbeda, merasakan hawa wanita yang sudah bertahun-tahun tak lagi mendengarkannya berceloteh.

1 komentar:

  1. Arloji bisa dibeli, tapi waktu tidak.. Sederet kekayaan bisa dimiliki, tapi belum tentu kebahagiaan.. #lupa saya dulu baca dimana.. #Semakin mudah cinta didefinisikan, maka semakin rendah kadarnya.. Karena cinta bukan teori, tapi amanat mulia yang mesti dilaksanakan.. #DD

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.