Jadi, Siapa yang Sesungguhnya Menemukan?
“Well, I found a man
stronger than anyone I know,
he shares my dreams, I hope that someday we'll share a home.
I found a love to carry more than just my secrets,
I found a love to carry more than just my secrets,
to carry love, to
carry children of our own”
Lambat-lambat suara wanita dari pojok panggung mini kafetaria ini semakin membawa pendengarnya larut dalam khayal. Aku pun begitu,
entah karena ia yang membawakannya dengan sangat apik, atau vibrasi
perasaan pendengar yang sangat kentara memenuhi ruang lapang ini, atau bisa
saja karena aku sudah larut sedari awal sejak ia bernyanyi bersama rekannya bahkan dari lirik pertama.
Semua orang mengetahui dengan jelas lagu Perfect milik Ed Sheeran ini. Meski beberapa liriknya diubah sebagai penyesuaian oleh Si Penyanyi, tapi tetap saja siapa pun masih bisa menyanyikannya. Kadang
aku pun menyenandungkan lagu ini tatkala jenuh dengan rutinitasku, penghilang
rasa lelah. Namun, sekarang aku hanya ingin menikmatinya saja,
ingin memenuhi kepalaku atas khayal, sama seperti yang dilakukan
orang-orang di sini.
Sesekali kulirik gawai yang tergeletak di
sebelah minuman hangat yang kupesan sebelumnya. Berharap salah satu kabar yang kunantikan malam ini serta malam-malam kemarin muncul. Di sisi lain minuman yang sebelumnya kupesan tersebut mulai dingin. Udara
malam membuatnya tak kuasa bertahan untuk tetap hangat. Hangat yang sementara membuatku memikirkan satu hal, sesuatu yang kutemukan di beberapa waktu belakangan
ini.
Aku menemukan seseorang yang sepertinya
kukenal, namun jelas-jelas aku tak mengenalnya karena kami tak pernah
bertemu satu sama lain. Namun, melihat sekilas mengenai dirinya yang beberapa kali
muncul begitu saja membuatku yakin bahwa aku pernah mengenalnya, mungkin di
beberapa waktu kehidupan masa lalu. Ya, aku yakin aku mengenalnya, dan aku berharap
di kehidupan ini aku kembali mengenalnya.
Kehendak Yang Maha Kuasa memang seringnya tak bisa kita prediksikan. Suatu waktu ia menghampiriku, kemudian kami
berkenalan. Tanpa perlu kudekati, ialah yang mendekat. Ia mulai bertanya tentangku,
membicarakan tentangnya, membahas apa yang umum kita dan orang-orang alami serta rasakan.
Obrolan kami sepertinya membuat Sang Waktu iri, dan mencoba bersikeras untuk
menuntaskannya. Hingga tiba saat dimana kami sadar dan merasa harus memberi
permakluman pada waktu kemudian menuntaskan semua itu meski aku sendiri berat hati mengakhirinya karena keesokan hari bisa saja ia menghilang dan tak kembali.
Sungguh setelah perkenalan singkat itu, aku mencoba berharap lebih. Bisakah ia mendekat kembali? Rasanya serakah
sekali setelah harapan pertama dikabulkan, lalu dengan mudah memunculkan
harapan selanjutnya. Tapi apa daya, apa yang bisa kuperbuat selain berharap
dan menunggu? Keberanianku untuk hal-hal seperti ini sangat minim, dan akhirnya kuputuskan untuk bertahan. Tetap berharap agar ia mau mendekat kembali. Berdoa agar ia berkenan menyapaku kembali.
Beberapa malam sudah kulewati. Berteman ingatan mengenai suaranya, khayalan mengenai
perawakannya, serta segala bincang-bincang berkualitas saat itu. Entah mengapa
aku betah berlama-lama seperti ini, betah dengan kegiatan menunggu yang kata
kebanyakan orang memuakkan. Aku menunggu karena hangat yang ia ciptakan
belum hilang. Ia tak seperti minuman yang ada di depanku ini. Hawa yang ia
ciptakan tak mendingin meski ia tak ada di sini dan belum kunjung kutemui.
Entah ini semua akan memudar seiring perjalanan waktu, yang jelas aku tak ingin
memikirkan terlalu jauh, aku hanya ingin menikmati sampai kapan pun aku bisa menikmatinya.
Kukembalikan diriku ke dunia nyata, dengan
helaan nafas yang cukup panjang. Menikmati lagu yang masih dilantunkan di ruang ini sungguh membuat perasaanku semakin baik. Aku tersenyum dan menghabiskan minuman yang
benar-benar telah kehilangan kehangatannya tersebut.
“…I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
and he looks perfect...
I don’t deserve this, you look perfect tonight”
Si Penyanyi akhirnya menuntaskan lagu yang ia bawakan.
Sembari mendengar riuh tepuk tangan pendengar sekaligus pelanggan kafetaria ini, kubereskan segala barang-barang
kepunyaanku dan bersiap untuk bergegas pulang. Namun tanpa disangka seseorang
berdiri di hadapanku, dengan suara yang sangat jelas kukenal, dengan perawakan
yang selama ini kukhayalkan, yang dengan senyum lesung pipinya menyapa kemudian
mengatakan bahwa ia memperhatikanku sejak tadi. Bukan, lebih dari itu. Ia
memperhatikanku sejak lama, sejak sebelum mencoba menyapa dan mendekat kala
itu.
- - - - -
“…I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
and he looks perfect...
I don’t deserve this, you look perfect tonight”
Tidak ada komentar: